Menurut Bung Karno, beliau tuh pas masa mudanya adalah pemuda yang tampan. Nah, di sekolah itu beliau berkeinginan menaklukkan noni noni belanda yang pada saat itu adalah temannya. Dan hasilnya? Bung Karno telah berpacaran dengan 4 noni belanda pada saat sekolah di HBS. Selain ingin membuktikan pribumi dapat menaklukkan gadis belanda, Beliau juga ingin mahir berbahasa Belanda. Gadis Belanda yang pertama kali menjadi pacarnya adalah Pauline Goobe. Beliau pada saat itu tergila gila pada anak guru di HBS tersebut. Kemudian, cinta Sukarno beralih ke gadis putih lain bernama Laura. Oh broo, betapa Sukarno juga tergila gila sama Laura. Tapi gak berlangsung lama, Bung Karno berhasil menangkap seorang kekasih belanda yang nomor tiga. Mungkin Sukarno tidak benar-benar suka. Buktinya, ia sendiri lupa akan namanya. Yang ia ingat, gadis itu dari keluarga Raat, seorang Indo yang punya beberapa putri cantik. Yang juga ia ingat, rumah keluarga Raat adalah berlawanan arah dengan rumah yang ditinggali Sukarno. Sekalipun begitu, selama berbulan-bulan pacaran, Bung Karno rela tiap hari jalan berputar arah hanya untuk gadis pujaannya. Gile yaa. NAH yang terakhir nih, adalah gadis belanda yang palingg cantik menurut Bung Karno, Dia adalah Mien Hessels. Bung Karno seketika lupa pernah patah hati saat dulu bersama tiga noni belanda tersebut. Bung Karno sangat tergila-gila dengan wanita itu, pada saat itu Bung Karno berusia 18 tahun. Apapun dilakukannya untuk mendapatkan Mien Hessels. Dan… Sukarno benar-benar nekad. Suatu hari, ia menetapkan hati melamar Mien Hessels. Mengenakan busana terbaik, bersepatu pula, Sukarno duduk di kamar, melemaskan lidah, menghafal kata, melatih bicara: Melamar Mien Hessels menjadi istrinya!
Sore yang cerah bro, Bung Karno menuju rumah Mien Hessels. Begitu memasuki halaman rumahnya, hatinya menggigil ketakutan. Belum pernah sekali pun Sukarno bertamu ke rumah orang Belanda yang mewah. Halamannya ditumbuhi rerumputan hijau. Kembang-kembang aneka warna berdiri tegak baris demi baris. Sementara, Sukarno tak punya topi untuk dipegang. Karenanya, ia hanya memegang hati, agar tak gugup nanti. Di hadapan seorang laki-laki tinggi besar, ayah kekasih hatinya, Bung Karno melepas kata, “Tuan… kalau Tuan tidak keberatan, saya ingin minta anak tuan….” Belum selesai Sukarno muda bicara, ayah Hessels melabraknya, “Kamu?! Inlander kotor seperti kamu? Kenapa kamu berani-berani mendekati anakku?! Keluar kamu binatang kotor. Keluar!!!”. Sakiiit banget bro hati Bung Karno saat itu. Dia selalu mengenang pengalaman itu sepanjang hayatnya.
23 tahun berlalu, Pada saat itu tahun 1942 saat2 perang dunia ke II bergejolak. Bung karno sudah tidak lagi bersekolah di HBS bro, melainkan udah menjelma menjadi pahlawan proklamator Indonesia. Suatu sore, ketika sedang berjalan-jalan di suatu jalanan di Jakarta, beliau mendengar seorang wanita menyebut namanya, “Sukarno?” Berpalinglah Sukarno ke arah pemanggil seraya menjawab, “Ya, saya Sukarno.” Wanita itu tertawa terkikik-kikik, “Dapat kau menerka siapa saya?” Sukarno memandangi wanita berbadan besar, jelek, tak terpelihara. “Tidak, Nyonya… saya tidak dapat menerka, siapakah Nyonya?” Wanita itu kembali tertawa terkikik-kikik sebelum menjawab, “Mien Hessels!” dia terkikik lagi.Hati Sukarno menyeru, “Hahh!!! Mien Hessels! Putriku yang cantik seperti bidadari, kini sudah berubah menjadi perempuan mirip tukang sihir, buruk dan kotor….” Sadar beliau melamun, buru-buru Sukarno memberi salam kepada mantan kekasihnya di Surabaya dulu. Setelah itu, ia berpamit untuk berlalu. Tak lama kemudian, ketika mengenang pertemuannya dengan Mien Hessels, Bung Karno mendesiskan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Penyayang. Hati kecilnya berucap, “Caci maki yang telah dilontarkan ayahnya Mien Hessels dulu, sesungguhnya suatu rahmat yang tersembunyi….”. Bung Karno seraya bersyukur tidak dapat melamarnya dulu. Itu tadi merupakan sedikit pengalaman Bung Karno pas masih menjadi murid di HBS Surabaya.
Dan ini adalah foto2 HBS Surabaya pada jaman dulu :
Itu bro semua kisah sejarah tentang HBS Surabaya, Udah dulu ya broo. Jangan lupa comment :)
ok mas ..bagus ..kalau mendiang bapakku, hbs semarang ..
ReplyDeleteBahkan kursi kelasnya masih ada sampai sekarang :) Nggak nyangka, kursi yang kududuki selama masa SMA setua itu usianya :')
ReplyDeleteKeren bro
ReplyDelete